Rabu, 05 Februari 2014

SAYAP-SAYAP PATAH



Kota hitam
Cahaya bulan hanya menerangi kota
Menghilang bagaikan kegelapan kata
Hitam yang menyelimuti sudut kota
Hitam warna itu yang terlihat pada kota

Rembulan cahaya keheningan
Gelap itu kembali datang
Rembulan raksasa mempunyai sejuta alasan
Dan aku menangis ketika dating

Kota hitam itu bukan lah kesedihan
Kota hitam itu melaikan tanda awal kehidupan
Kota hitam itu menjadikan titik dari adanya peradabpan
Kota hitam itu adalah awalnya terbitnya terang tanda sebagai cahaya ingatan

Jogja ini lah kau . .
Jogja ini lah kotaku dimana aku mulai berpijak dan berjalan
Jogja ini lah kotaku disaat aku melihat, mendengar, mengengam dan
Jogja ini lah kotaku yang dipenuh dengan mall-mall yang tinggi disekelilingnya dan
Jogja ini lah kotaku yang selalu dipenuhi dengan para pengendara dan pejalan

Jogja ini lah kotaku terlihat lalulintas yang selalu hidup baik pagi ataupun malam dan
Jogja ini lah kotaku angin yang sudah terkontaminasi selalu membawa banyak penyakit dan
Jogja ini lah kotaku raja merah yang selalu memberikan cahaya panasnya kepada kami dan
Tapi ini lah Jogjaku kota yang selalu memberikan cinta dan warna dalam hidupku apapun yang ku diinginkan . . .

Tengah malam ini . . .
Cahaya kota yang terhapus pada tengah malam..
Kota yang menari pada saat malampun datang..
Adakah tidak adakah cahaya yang menerangi kegelisahan ini..
Dan hanya adalah disini kesendirian yang selalu menemani sunyi ini…

Kesakitan adalah kedamaian yang telah dirusak..
Gelap ini bagaikan menghilangnya sebuah mutiara..
Kau yang disana apakah mengerti dengan kegelisahan ini..
Kau..marilah dan lihat tertawaan dalam sebuah topeng..

Taakan ada alasan dan taakan ada pikiran itu lagi . .
Itu kah apa yang ingin kau lihat selama ini yang berada didekatku..
Cahaya kota yang sudah terhapus dan menghilang saat malam ini . .
Hilanglah kehidupan hilanglah harapan dan hilanglah seseorang  yang kugelisahkan mala mini . .
Tersesal olehmu
Olehnya malamku telah sirna,
Setapak malam menghilang pergi.
Sekarang hampa ini datang membayang
Kegelisahanku masih datang.

Tersesal diriku menyesal.
Sunyi bagaikan waktu itu senyum menghilang.
Kini hidupku menjelang sesal,
Diam tiada guna apa aku.

Lelah diriku untuk melangkah kembali
Tersesal yang menyesal tak guna,
Hanya menambah luka jiwa.
Tertatih menunggu hal yang pasti

Kuberharap yang esok kuharap.
Pergi meninggalkan semua alasan.
Bayangan ini sirna oleh hinamu.
Pesan lama yang selalu terpenjara hati.

Senja
Malam turun perlahan-lahan
Damai sentosa hening terang
Sunyi senyap alam sekarang
Suara angina tertahan-tahan

Bunga di kebun menutup kuntum
Lalu tertidur di dalam duka
Burung termenung mengingat suka
Dalam sarang rasa dihukum

Sukma sunyi seperti dahsyat
Lemah lesu karena rawan
Hati rindu memandang alam

Diam takut menanti malam
Terkenang aku akan rupawan
Akan adinda diikat adat.

KILAUAN GERAKAN PENARI



Seni Tari Malam diYogyakarta
Sendratari Ramayana adalah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit tertandingi. Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta.
Kisah Ramayana yang dibawakan pada pertunjukan ini serupa dengan yang terpahat pada Candi Prambanan. Seperti yang banyak diceritakan, cerita Ramayana yang terpahat di candi Hindu tercantik mirip dengan cerita dalam tradisi lisan di India. Jalan cerita yang panjang dan menegangkan itu dirangkum dalam empat lakon atau babak, penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta.
Seluruh cerita disuguhkan dalam rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para penari yang rupawan dengan diiringi musik gamelan. Anda diajak untuk benar-benar larut dalam cerita dan mencermati setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan cerita. Tak ada dialog yang terucap dari para penari, satu-satunya penutur adalah sinden yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa Jawa dengan suaranya yang khas.
Cerita dimulai ketika Prabu Janaka mengadakan sayembara untuk menentukan pendamping Dewi Shinta (puterinya) yang akhirnya dimenangkan Rama Wijaya. Dilanjutkan dengan petualangan Rama, Shinta dan adik lelaki Rama yang bernama Laksmana di Hutan Dandaka. Di hutan itulah mereka bertemu Rahwana yang ingin memiliki Shinta karena dianggap sebagai jelmaan Dewi Widowati, seorang wanita yang telah lama dicarinya.
Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah seorang pengikutnya yang bernama Marica menjadi Kijang. Usaha itu berhasil karena Shinta terpikat dan meminta Rama memburunya. Laksama mencari Rama setelah lama tak kunjung kembali sementara Shinta ditinggalkan dan diberi perlindungan berupa lingkaran sakti agar Rahwana tak bisa menculik. Perlindungan itu gagal karena Shinta berhasil diculik setelah Rahwana mengubah diri menjadi sosok Durna.
Di akhir cerita, Shinta berhasil direbut kembali dari Rahwana oleh Hanoman, sosok kera yang lincah dan perkasa. Namun ketika dibawa kembali, Rama justru tak mempercayai Shinta lagi dan menganggapnya telah ternoda. Untuk membuktikan kesucian diri, Shinta diminta membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti karena raganya sedikit pun tidak terbakar tetapi justru bertambah cantik. Rama pun akhirnya menerimanya kembali sebagai istri.
Anda tak akan kecewa bila menikmati pertunjukan sempurna ini sebab tak hanya tarian dan musik saja yang dipersiapkan. Pencahayaan disiapkan sedemikian rupa sehingga tak hanya menjadi sinar yang bisu, tetapi mampu menggambarkan kejadian tertentu dalam cerita. Begitu pula riasan pada tiap penari, tak hanya mempercantik tetapi juga mampu menggambarkan watak tokoh yang diperankan sehingga penonton dapat dengan mudah mengenali meski tak ada dialog.
Anda juga tak hanya bisa menjumpai tarian saja, tetapi juga adegan menarik seperti permainan bola api dan kelincahan penari berakrobat. Permainan bola api yang menawan bisa dijumpai ketik Hanoman yang semula akan dibakar hidup-hidup justru berhasil membakar kerajaan Alengkadiraja milik Rahwana. Sementara akrobat bisa dijumpai ketika Hanoman berperang dengan para pengikut Rahwana. Permainan api ketika Shinta hendak membakar diri juga menarik untuk disaksikan.


Menyusuri Bangunan  Pintu Seribu
Aku duduk menatapi sekelilingku penuh dengan pepohonan yang menjulur ke atas.
Aku merasakan beberapa kejanggalan saat menuju dirimu.
Angin dingin, ini kah apa yang dinamakan fisarat menakutkan atau kengerian.
 Terdiam dikursi ini.

Kami mahasiswa-mahasiswi dari sebuah universitas dibandung yang ingin mengadakan observasi untuk melengkapi tugas mata kuliah kami, lebih tepatnya kami mengadakan PPL untuk mengumpulkan data-data ke kota semarang. Kami berencana untuk pergi ke museum Lawan Sewu, sebelum kami sampat ditempat tujuan kami rombongan singgah disebuah restaurant untuk makan dan juga mempersiapkan apa saja yang akan dibutuhkan ditempat yang sedang kami tuju tersebut.
Tibalah kami ditempat yang sedang kami tuju itu yaitu Museum Lawang Sewu, aku, marco, dan carlo. Kami bertiga berada dalam satu sekelompok yang ingin melakukan observasi dan mengumpulkan data-data atau sumber-sumber yang bisa kami dapat disana serta membuat liputan atau lebih tepatnya film documenter mengenai Pintu Seribu.
Aku: Heeyyy… carlo, marco … ! kalian berdua cepat kesini, kita akan membagi-bagi tugas kita buat ngumpulin data-data kesinii..
Marco dan Carlo : oiii . . . okeee kita kesana!!
Aku: okee… begini, Carlo kamu nanti bawa kamera digital atau video kamera buat merekam dan mengumpul gambar-gambar yang bagus dimuseum itu kalau bisa sih ambil gambar-gambar yang menarik buat dijadikan film documenter kita okeee… sekarang kamu Marco kamu ikut dengan Carlo bantu untuk mengumpulkan data-data apa saja yang terjadi disana pada masa penjajahan dulu, kamu juga menjadi pembawa liputan dalam film documenter kita…”
Carlo: “kamu sendiri apa yang akan lakukan?”
Aku: disini aku bakalan mengikuti pak pemandu dan mencatat apa saja yang beliau akan katakan  dan juga akan mengumpulkan data-data seperti kalian berdua, jadi kita semua akan berkerja sama. .okeee…”
Marco: “sudahlah kamu carlo, jangan khawatir seperti itu kita team jadi kita lakukan observasi ini sebagai team juga yaaa.. “
Carlo: “baiklah kalau kamu sudah mengatakan gitu aku percaya sama kamuu..”
Marco: heeeyy.. kalian cepaatt bapak pemandu sudah akan mulai memasuki lawan sewu!!”
Marco dan Carlo adalah teman baikku sejak kami masuk keuniversitas pertama kali, dan untungnya kamipun sekelas jadi kami bisa melakukan banyak hal baik itu dalam perkuliahan ataupun dalam bermain bersama-sama.
Aku mulia penelitianku ini, tidak lama setelah kami membagi-bagi tugas dalam mengumpulkan data. Lalu akupun mendengarkan penjelasan dari pemandu mengenai awal muncul bangunan museum Lawang Sewu. Beberapa saat tak lama kami berkumpul diluar pintu masuk untuk mendengarkan beberapa pengarahan dan penjelasan mengenai sejarah kenapa dinamakanya pintu seribu.
pemandu:  “nah para wisatawan dari bandung….. mahasiswa-mahasiswi…... lawing sewu ini merupakan salah satu gedung bersejarah di semarang, jawa tengah yang dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Masyarakat setempat menyebutnya lawing sewu (Pintu Seribu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak meskipun pada kenyataannya jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan kuno yang terletak di Semarang Jawa Tengah…..”
pemandu: “naahhh para … wisatawan sekalian mahasiswa-mahasiswii… Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri. Naahh para pengunjung sekalian.. jika kalian semua ingin memasuki bangunan utama ini kalian bisa melihat bangunan anak tangga yang besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar  serta gambar semua struktur dari bangunan Lawang Sewu ini, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.”
Awal mulanya aku sendiri sangat pusing dan bingung mengenai penjelasan lawang sewu ini karena pada dasarnya sendiri aku paling lemah soal sejarah dan membuatku merasa bosan, akupun sempat tidak mendengarkan penjelasan mengenai perkenalan tentang lawan sewu atau yang lebih dikenal sebagai seribu pintu itu.
pemandu: kalian bisa lihat sendiri disekeliling para wisatan dan mahasiswa-mahasiswi dari bandung terlihat melekat sekali kentalnya nuasa bangunan Belanda pada setiap sudut bangunan ini… sekarang lanjut saya menjelaskan, pada zaman pemerintahan colonial Belanda, Lawang Sewu merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatchappij (NIS) yaitu pusat perusahaan kereta api atau dalam bahasa belanda itu trem. Gedung tiga lantai yang bergaya art deco pada tahun 1850-1940 seorang arsitektur Belanda yang terkenal pada masanya… naahhh.. para wisatan sekalian saatnya kita masuk kedalam ruangan bagian dalam ruangan bangunan lawan sewu ini.”
Tiba saatnya aku memasuki ruangan bagian dalam ini, saat memasukinya aku mulai merasa perasaan yang tidak enak dan bulu kudukku merasa merinding, entah perasaan apa ini yang sedang aku alami sekarang.
Marco dan Carlo: ooiiiiii . . .!!”
Aku: oiii…marco, calro.. bagaimana kamu sudah mendapatkan gambar-gambar atau video yang menarik untuk kita membuat film documenter nanti ?”
Marco: yaaph.. kami sudah membuatnya tadi pada saat diluar pintu masuk kami mendapatkan view yang bagus untuk mengambil gambar..”
Carlo: ada sebuah kereta api uap yang dipajang disana, kami berdua lalu berinisiatif untuk mengambil foto dan merekam video documenternya. Soalnya sepertinya view yang diluar tadi sangat cocok didepan museum ini ada tugu semarang yang dan juga pemandangan perkotaan disemarang jadi kami bisa sambil melihat dan memandangin kota ini..”
Marco: kamu sendiri apa sudah mendapatkan data-data yang akurat untuk makalah kita ini belum ? “
Aku: sudah.. tadi saat memulai kunjungan dan perkenalan dari pak pemandu, aku udah mendapatkan data-data yang bisa kita jadikan untuk bahan makalah kita nanti dan juga sedikit memotret foto dari bangunan ini..
Carlo: apa saja yang kamu dapat dari penjelasan pak pemandu tadi? . . apakah dia menceritakan hal-hal yang menarik dalam museum ini atau kah dia menceritakan hal-hal yang mistic dalam tempat iniii . .?”
Aku: yaaaaaaa… begitu lah. aku mendapatkan penjelasan awal mulanya bangunan ini dibuat dan juga mengenai struktur bangunan itu sendiri dibuatnya oleh siapa, lalu untuk apa dibuatnya museum lawing sewu ini.. tapi untuk cerita hal-hal yang seperti itu kayaknya pak pemandu tidak menjelaskannya. Mungkin karna kalau menceritakan hal yang seperti itu saat berwisata akan membuat kurang minatnya wisatawan masuk kedalam museum ini..”
Marco: yaapphh.. kau benar sekali lebih baik kita sekarang berfokus untuk mencari data-data yang bisa kita dapatkan dan memotret, mengambil gambar serta mengumpul apa saja yang menurut kita menarik dalam perjalanan wisata ini yaa kan..”
Carlo: iyaaa.. kalian benar sekali lebih baik kita fokus sekarang,.. ayoo kita mencari data lagi disekitar sini siapa tau bisa mendapatkan view yang bagus didalam gedung ini yaa kan. Sekarang kita mulai berpencar lagi yaaa…”
Tak lama kami berdiskusi lagi, akupun mulai menulusuri lorong demi lorong digendung ini. Akupun tidak mengikuti sang pemandu untuk menyusuri dan melihat sekeliling bangunan, aku orangnya lebih suka mendapatkan data-data sendiri dibandinkan tepaku kepada satu orang yang memberikan informasi. Disana aku melihat lorong sunyi sekali dan menulusurinya kulihat banyak sekali beberapa pintu tapi ada sedikit beberapa pintu yang terkunci dan tidak bisa dimasuki, aku berfikir mungkin ruangan itu penuh debu dan tidak boleh orang memasukinya, disana juga aku melihat atap-atap yang sudah tua dan rapuh sepertinya tidak diurus dan sengaja dibiarkan bolong begitu saja untuk bisa lebih mengetalkan unsur sejarah dalam bangunan ini. Tak lama aku meninggalkan lorong sunyi itu dan menuju ke lantai dua. Suanana sunyi dan sepi mulai menghampiriku bulu kudukku pun mulai merinding setibanya aku dilantai dua.
Disana akupun melihat lorong yang sepi lagi tapi disini banyak sekali ruangan-ruangan besar dan kosong satu hal lagi banyak sekali arsitektur yang sudah rusak dan tidak terurus seperti jendela dan pintu-pintu serta lantai-lantainya pun agak sedikit retak tapi dilantai dua ini terasa sedikit lebih indah karna kita bisa melihat pemandangan kota semarang yang indah dan ramai yang dipenuhi gedung-gedung. Dilantai dua ini aku merasa sedikit perasaan tidak enak seperti merinding, seperti aku melihat bayang-bayang dan sedikit membayangkan hal-hal yang aneh-aneh disini. Aku merasa tidak sendirian diruangan ini disekelingku ada hawa-hawa yang panas padahal aku sendirian diruangan besar dan kosong ini.
Lantai tiga sekarang aku menuju kesana dan meninggalkan ruangan kosong yang ada dilantai dua tersebut. setibanya aku sampai dilantai tiga, disini terlihat seperti doom atau sebuah aula yang sangat besar seperti gedung pertemuan gitu. Disini juga banyak sekali sarang kelelawar dimana-mana, dibagian atapnya pun kayu-kayunya juga sudah terlihat lama sekali dan hampir tidak pernah diurus oleh para petugasnya serta banyak sekali barang-barang yang sudah tidak terpakai dibuang dilantai tiga ini, akan tetapi hawa disini berbeda sekali dengan yang dilantai dua sebelumnya, terasa lebih panas dan sedikit bau amis sekali mungkin disini gara-gara banyak kotoran dan kencing kelelawar dimana-mana. Aku merasa dipojokan seperti melihat sesuatu yang berdiri diam membungkuk, buluk kudukku merinding langsung sekejap aku menutup mata sebentar dan memalingkan wajahku ke kiri, lama aku membuka lagi bayangan itu sudah menghilang entah kemana. Akupun mulai melangkah dan turun menuju kelantai dasar untuk bertemu dengan teman-temanku.
Sesampainya dilantai dasar aku melihat marco dan carlo sedang berkumpul dengan teman-teman kami yang lainnya. Mereka semua sedang mengantri untuk bisa masuk keterowongan bawah tanah. Sebelum menuju kebawahpun aku menghampiri marco dan carlo untuk beberapa saat.
Aku: heyyy…. Marco…Carlo…!”
Marco dan Carlo: ooiiiii….”
Carlo: heyyy… bagaimana situasi didalam bersama pak pemandu tadi? Apa kau mendapat data yang menarik dari penjelasan beliau..”
Aku: yaaaa… tapi aku tidak mengikuti sang bapak pemandu karna dari awal berencana untuk mencari data sendiri dari pada terpaku dengan satu orang .. aku lebih suka berexploler seperti tadi aku mencari data saat menyusuri sebuah lorong tua yang disana..”
Marco: waaahh… memang dari dulu tidak pernah berubah yaa selalu melakukan hal sendiri terus tidak pernah selalu mengikuti panduan.. benar-benar the exploler.. hahaa”
Carlo: tapi tunggu sebentar.. kenapa kau sedikit berkeringat seperti itu, sebelumnya kamu belum pernah bahkan jarang sekali berkeringat seperti itu.. apa ada hal yang mengangu mu bro…?(sambil memegang pundaknya)”
Aku: sebenernya aku…… dari saat memasuki ruangan itu, disana mulai merasakan hawa yang sudah tidak mengenakan dan bahkan setiap menyelusuri lorong demi lorong bulu kudukku berdiri terus… daann..”
Marco: dan apaaa??”
Carlo: iyaaa cepat katakan kamu merasakan hal apaah disana..??”
Aku: aku melihat sesosok bayangan-bayangan putih dilorong-lorong bahkan dilantai dua aku merasakan bayangan itu selalu mengikuti terus sampai kelantai tiga, nahhh.. pada saat aku sudah tiba dilantai dua aku melihat sesosok bayang putih itu sedang berdiri dipojokan ruangan lantai tiga yang kosong .. akupun segera menutup mata dan memalingkan wajahku….hingga beberapa saat bayangan putih itu langsung hilang, kemudian akupun langsung pergi lalu menghampiri kalian yang ada disini.”
Marco: astaga apaa kamu bener-bener serius melihat itu ?? kamu ga bercanda kan??”
Aku: serius… mana mungkin aku bercanda dalam hal ini dan mana mungkin aku sampai berkeringat dingin seperti ini kalau tidak melihat itu….”
Carlo: waahhh… ini benar-benar sulit dimasukan dalam akal pikiran kita.. kamu lebih baik menenangkan diri dulu beberapa saat dan berkumpul dengan kita disini okee”
Aku: baiklah.. aku akan beristirahat dulu disini sebentar untuk menenangkan pikiran beberapa saat agar tidak merasa tertekan… hmmmmmmm.. “
Pada saat aku sedang beristirahat sebentar beberapa teman-temanku serta Marco dan Carlo turun keruang bawah tanah yang dimana diruangan bawah tanah itu adalah konon katanya sebuah penjara dimana dulu pada masa penjajahan para tahanan yaitu orang jepang disiksa dan dipasung, didalam ruangan tersebut bahkan ada yang sampai mereka ditahan dan disiksa habis-habisan layaknya seperti hewan liar yang harus tunduk kepada tuannya. Mendengar ceritanya itupun aku merasa merinding dan ketakutan, tapi aku bersikeras ingin masuk kedalam sana untuk bisa mengumpulkan data-data yang akurat untuk makalah kami ini.
Setelah beberapa saat memulihkan tenaga, akupun mulai memasuki ruangan bawah tanah tersebut tapi sebelum masuk aku diharuskan untuk memakai sepatu boat, karna didalam itu jalanannya sangat banyak sekali genangan air dimana-mana jadi kami diwajib untuk memakai sepatu itu agar kaki dan celana kita tidak basah terkena genangan air. Saat masuk kedalam nuasa mistik sudah sangat terasa sekali dan aura panas pun mulai sangat menusuk sekali dimana-mana. Ruangan tersebut terasa pengap sekali dan terdapat beberapa lamu temaram yang masih terlihat baru, konon katanya lampu-lampu temaram ini dipasang karena banyaknya orang yang kesurupan di tempat ini. Pada saat aku memasuki ruangan ini, sayup-sayup seperti mendengar suara-suara jeritan-jeritan yang ramai akan tetapi suara itu tidak jelas. Pak memandu membawa kami ketempat menurutku sangat menyeramkan, tempat itu masih berada diruangan lorong bawah tanah yang dinamakan penjara berdiri. Kenapa dinamakan penjara berdiri dikarnakan tempat itu adalah sebuah tempat dimana para tahanan jepang ditahan atau lebih tepatnya dipasung  sampai ada yang disiksa habis-habisan bahkan sampai mereka mati. Membayangkannya saja sudah mengerikan apa lagi melihat kejadian itu sungguh benar-benar nyata pada saat ini, mungkin jantungku akan segera copot dan langsung terhenti nafasku ini.
Sesampainya diatas tepat diluar pintu gerbang bawah tanah aku mulai menghirup udara segar lagi dan tidak menghirup udara yang pengap didalam ruangan tersebut. setelah itu beberapa saat kami rombongan meninggalkan tempat tersebut dan menuju pintu utama dari museum ini. Sebenarnya aku sedikit merasa ada kejanggalan dalam hati ini sebenarnya siapa bayangan wanita putih yang selalu mengikutiku setiap aku melangkah kemanapun aku pergi, pada saat aku berada didalam museum itu tadi, aku merasa sangat penasaran sekali siapa dia sebenarnya. . . . .
Ini lah sebabnya aku ingin menyusuri dirimu yaitu kau Pintu Seribu….