Menyusuri
Bangunan Pintu Seribu
Aku duduk
menatapi sekelilingku penuh dengan pepohonan yang menjulur ke atas.
Aku merasakan
beberapa kejanggalan saat menuju dirimu.
Angin dingin, ini
kah apa yang dinamakan fisarat menakutkan atau kengerian.
Terdiam dikursi ini.
Kami
mahasiswa-mahasiswi dari sebuah universitas dibandung yang ingin mengadakan
observasi untuk melengkapi tugas mata kuliah kami, lebih tepatnya kami
mengadakan PPL untuk mengumpulkan data-data ke kota semarang. Kami berencana untuk
pergi ke museum Lawan Sewu, sebelum kami sampat ditempat tujuan kami rombongan
singgah disebuah restaurant untuk makan dan juga mempersiapkan apa saja yang
akan dibutuhkan ditempat yang sedang kami tuju tersebut.
Tibalah
kami ditempat yang sedang kami tuju itu yaitu Museum Lawang Sewu, aku, marco,
dan carlo. Kami bertiga berada dalam satu sekelompok yang ingin melakukan
observasi dan mengumpulkan data-data atau sumber-sumber yang bisa kami dapat
disana serta membuat liputan atau lebih tepatnya film documenter mengenai Pintu
Seribu.
“Aku: Heeyyy… carlo, marco … ! kalian
berdua cepat kesini, kita akan membagi-bagi tugas kita buat ngumpulin data-data
kesinii..
“Marco dan Carlo : oiii . . . okeee kita kesana!!
“Aku: okee… begini, Carlo kamu nanti
bawa kamera digital atau video kamera buat merekam dan mengumpul gambar-gambar
yang bagus dimuseum itu kalau bisa sih ambil gambar-gambar yang menarik buat
dijadikan film documenter kita okeee… sekarang kamu Marco kamu ikut dengan
Carlo bantu untuk mengumpulkan data-data apa saja yang terjadi disana pada masa
penjajahan dulu, kamu juga menjadi pembawa liputan dalam film documenter kita…”
“Carlo: “kamu sendiri apa yang akan
lakukan?”
“Aku: disini aku bakalan mengikuti pak
pemandu dan mencatat apa saja yang beliau akan katakan dan juga akan mengumpulkan data-data seperti
kalian berdua, jadi kita semua akan berkerja sama. .okeee…”
“Marco: “sudahlah kamu carlo, jangan
khawatir seperti itu kita team jadi kita lakukan observasi ini sebagai team
juga yaaa.. “
“Carlo: “baiklah kalau kamu sudah
mengatakan gitu aku percaya sama kamuu..”
“Marco: heeeyy.. kalian cepaatt bapak
pemandu sudah akan mulai memasuki lawan sewu!!”
Marco
dan Carlo adalah teman baikku sejak kami masuk keuniversitas pertama kali, dan
untungnya kamipun sekelas jadi kami bisa melakukan banyak hal baik itu dalam
perkuliahan ataupun dalam bermain bersama-sama.
Aku
mulia penelitianku ini, tidak lama setelah kami membagi-bagi tugas dalam
mengumpulkan data. Lalu akupun mendengarkan penjelasan dari pemandu mengenai
awal muncul bangunan museum Lawang Sewu. Beberapa saat tak lama kami berkumpul
diluar pintu masuk untuk mendengarkan beberapa pengarahan dan penjelasan
mengenai sejarah kenapa dinamakanya pintu seribu.
“pemandu: “nah para wisatawan dari bandung….. mahasiswa-mahasiswi…...
lawing sewu ini merupakan salah satu gedung bersejarah di semarang, jawa tengah
yang dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Masyarakat setempat
menyebutnya lawing sewu (Pintu Seribu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki
pintu yang sangat banyak meskipun pada kenyataannya jumlah pintunya tidak
mencapai seribu. Bangunan kuno yang terletak di Semarang Jawa Tengah…..”
“pemandu: “naahhh para … wisatawan
sekalian mahasiswa-mahasiswii… Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai
bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri. Naahh
para pengunjung sekalian.. jika kalian semua ingin memasuki bangunan utama ini
kalian bisa melihat bangunan anak tangga yang besar ke lantai dua. Di antara
tangga ada kaca besar serta gambar semua
struktur dari bangunan Lawang Sewu ini, pintu dan jendela mengadaptasi gaya
arsitektur Belanda.”
Awal
mulanya aku sendiri sangat pusing dan bingung mengenai penjelasan lawang sewu
ini karena pada dasarnya sendiri aku paling lemah soal sejarah dan membuatku
merasa bosan, akupun sempat tidak mendengarkan penjelasan mengenai perkenalan
tentang lawan sewu atau yang lebih dikenal sebagai seribu pintu itu.
“pemandu: kalian bisa lihat sendiri
disekeliling para wisatan dan mahasiswa-mahasiswi dari bandung terlihat melekat
sekali kentalnya nuasa bangunan Belanda pada setiap sudut bangunan ini…
sekarang lanjut saya menjelaskan, pada zaman pemerintahan colonial Belanda,
Lawang Sewu merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatchappij
(NIS) yaitu pusat perusahaan kereta api atau dalam bahasa belanda itu trem.
Gedung tiga lantai yang bergaya art deco pada tahun 1850-1940 seorang
arsitektur Belanda yang terkenal pada masanya… naahhh.. para wisatan sekalian
saatnya kita masuk kedalam ruangan bagian dalam ruangan bangunan lawan sewu
ini.”
Tiba
saatnya aku memasuki ruangan bagian dalam ini, saat memasukinya aku mulai
merasa perasaan yang tidak enak dan bulu kudukku merasa merinding, entah
perasaan apa ini yang sedang aku alami sekarang.
“Marco dan Carlo: ooiiiiii . . .!!”
“Aku: oiii…marco, calro.. bagaimana kamu
sudah mendapatkan gambar-gambar atau video yang menarik untuk kita membuat film
documenter nanti ?”
“Marco: yaaph.. kami sudah membuatnya
tadi pada saat diluar pintu masuk kami mendapatkan view yang bagus untuk
mengambil gambar..”
“Carlo: ada sebuah kereta api uap yang
dipajang disana, kami berdua lalu berinisiatif untuk mengambil foto dan merekam
video documenternya. Soalnya sepertinya view yang diluar tadi sangat cocok
didepan museum ini ada tugu semarang yang dan juga pemandangan perkotaan
disemarang jadi kami bisa sambil melihat dan memandangin kota ini..”
“Marco: kamu sendiri apa sudah
mendapatkan data-data yang akurat untuk makalah kita ini belum ? “
“Aku: sudah.. tadi saat memulai
kunjungan dan perkenalan dari pak pemandu, aku udah mendapatkan data-data yang
bisa kita jadikan untuk bahan makalah kita nanti dan juga sedikit memotret foto
dari bangunan ini..
“Carlo: apa saja yang kamu dapat dari
penjelasan pak pemandu tadi? . . apakah dia menceritakan hal-hal yang menarik
dalam museum ini atau kah dia menceritakan hal-hal yang mistic dalam tempat
iniii . .?”
“Aku: yaaaaaaa… begitu lah. aku
mendapatkan penjelasan awal mulanya bangunan ini dibuat dan juga mengenai
struktur bangunan itu sendiri dibuatnya oleh siapa, lalu untuk apa dibuatnya
museum lawing sewu ini.. tapi untuk cerita hal-hal yang seperti itu kayaknya
pak pemandu tidak menjelaskannya. Mungkin karna kalau menceritakan hal yang
seperti itu saat berwisata akan membuat kurang minatnya wisatawan masuk kedalam
museum ini..”
“Marco: yaapphh.. kau benar sekali lebih
baik kita sekarang berfokus untuk mencari data-data yang bisa kita dapatkan dan
memotret, mengambil gambar serta mengumpul apa saja yang menurut kita menarik
dalam perjalanan wisata ini yaa kan..”
“Carlo: iyaaa.. kalian benar sekali
lebih baik kita fokus sekarang,.. ayoo kita mencari data lagi disekitar sini
siapa tau bisa mendapatkan view yang bagus didalam gedung ini yaa kan. Sekarang
kita mulai berpencar lagi yaaa…”
Tak
lama kami berdiskusi lagi, akupun mulai menulusuri lorong demi lorong digendung
ini. Akupun tidak mengikuti sang pemandu untuk menyusuri dan melihat sekeliling
bangunan, aku orangnya lebih suka mendapatkan data-data sendiri dibandinkan
tepaku kepada satu orang yang memberikan informasi. Disana aku melihat lorong
sunyi sekali dan menulusurinya kulihat banyak sekali beberapa pintu tapi ada
sedikit beberapa pintu yang terkunci dan tidak bisa dimasuki, aku berfikir
mungkin ruangan itu penuh debu dan tidak boleh orang memasukinya, disana juga
aku melihat atap-atap yang sudah tua dan rapuh sepertinya tidak diurus dan
sengaja dibiarkan bolong begitu saja untuk bisa lebih mengetalkan unsur sejarah
dalam bangunan ini. Tak lama aku meninggalkan lorong sunyi itu dan menuju ke
lantai dua. Suanana sunyi dan sepi mulai menghampiriku bulu kudukku pun mulai
merinding setibanya aku dilantai dua.
Disana
akupun melihat lorong yang sepi lagi tapi disini banyak sekali ruangan-ruangan
besar dan kosong satu hal lagi banyak sekali arsitektur yang sudah rusak dan
tidak terurus seperti jendela dan pintu-pintu serta lantai-lantainya pun agak
sedikit retak tapi dilantai dua ini terasa sedikit lebih indah karna kita bisa
melihat pemandangan kota semarang yang indah dan ramai yang dipenuhi
gedung-gedung. Dilantai dua ini aku merasa sedikit perasaan tidak enak seperti
merinding, seperti aku melihat bayang-bayang dan sedikit membayangkan hal-hal
yang aneh-aneh disini. Aku merasa tidak sendirian diruangan ini disekelingku
ada hawa-hawa yang panas padahal aku sendirian diruangan besar dan kosong ini.
Lantai
tiga sekarang aku menuju kesana dan meninggalkan ruangan kosong yang ada
dilantai dua tersebut. setibanya aku sampai dilantai tiga, disini terlihat
seperti doom atau sebuah aula yang sangat besar seperti gedung pertemuan gitu.
Disini juga banyak sekali sarang kelelawar dimana-mana, dibagian atapnya pun
kayu-kayunya juga sudah terlihat lama sekali dan hampir tidak pernah diurus
oleh para petugasnya serta banyak sekali barang-barang yang sudah tidak
terpakai dibuang dilantai tiga ini, akan tetapi hawa disini berbeda sekali
dengan yang dilantai dua sebelumnya, terasa lebih panas dan sedikit bau amis
sekali mungkin disini gara-gara banyak kotoran dan kencing kelelawar
dimana-mana. Aku merasa dipojokan seperti melihat sesuatu yang berdiri diam
membungkuk, buluk kudukku merinding langsung sekejap aku menutup mata sebentar
dan memalingkan wajahku ke kiri, lama aku membuka lagi bayangan itu sudah
menghilang entah kemana. Akupun mulai melangkah dan turun menuju kelantai dasar
untuk bertemu dengan teman-temanku.
Sesampainya
dilantai dasar aku melihat marco dan carlo sedang berkumpul dengan teman-teman
kami yang lainnya. Mereka semua sedang mengantri untuk bisa masuk keterowongan
bawah tanah. Sebelum menuju kebawahpun aku menghampiri marco dan carlo untuk
beberapa saat.
“Aku: heyyy…. Marco…Carlo…!”
“Marco dan Carlo: ooiiiii….”
“Carlo: heyyy… bagaimana situasi didalam
bersama pak pemandu tadi? Apa kau mendapat data yang menarik dari penjelasan
beliau..”
“Aku: yaaaa… tapi aku tidak mengikuti
sang bapak pemandu karna dari awal berencana untuk mencari data sendiri dari
pada terpaku dengan satu orang .. aku lebih suka berexploler seperti tadi aku
mencari data saat menyusuri sebuah lorong tua yang disana..”
“Marco: waaahh… memang dari dulu tidak
pernah berubah yaa selalu melakukan hal sendiri terus tidak pernah selalu
mengikuti panduan.. benar-benar the exploler.. hahaa”
“Carlo: tapi tunggu sebentar.. kenapa
kau sedikit berkeringat seperti itu, sebelumnya kamu belum pernah bahkan jarang
sekali berkeringat seperti itu.. apa ada hal yang mengangu mu bro…?(sambil
memegang pundaknya)”
“Aku: sebenernya aku…… dari saat
memasuki ruangan itu, disana mulai merasakan hawa yang sudah tidak mengenakan
dan bahkan setiap menyelusuri lorong demi lorong bulu kudukku berdiri terus…
daann..”
“Marco: dan apaaa??”
“Carlo: iyaaa cepat katakan kamu
merasakan hal apaah disana..??”
“Aku: aku melihat sesosok
bayangan-bayangan putih dilorong-lorong bahkan dilantai dua aku merasakan
bayangan itu selalu mengikuti terus sampai kelantai tiga, nahhh.. pada saat aku
sudah tiba dilantai dua aku melihat sesosok bayang putih itu sedang berdiri
dipojokan ruangan lantai tiga yang kosong .. akupun segera menutup mata dan
memalingkan wajahku….hingga beberapa saat bayangan putih itu langsung hilang,
kemudian akupun langsung pergi lalu menghampiri kalian yang ada disini.”
“Marco: astaga apaa kamu bener-bener
serius melihat itu ?? kamu ga bercanda kan??”
“Aku: serius… mana mungkin aku bercanda
dalam hal ini dan mana mungkin aku sampai berkeringat dingin seperti ini kalau
tidak melihat itu….”
“Carlo: waahhh… ini benar-benar sulit
dimasukan dalam akal pikiran kita.. kamu lebih baik menenangkan diri dulu
beberapa saat dan berkumpul dengan kita disini okee”
“Aku: baiklah.. aku akan beristirahat
dulu disini sebentar untuk menenangkan pikiran beberapa saat agar tidak merasa
tertekan… hmmmmmmm.. “
Pada
saat aku sedang beristirahat sebentar beberapa teman-temanku serta Marco dan
Carlo turun keruang bawah tanah yang dimana diruangan bawah tanah itu adalah
konon katanya sebuah penjara dimana dulu pada masa penjajahan para tahanan
yaitu orang jepang disiksa dan dipasung, didalam ruangan tersebut bahkan ada
yang sampai mereka ditahan dan disiksa habis-habisan layaknya seperti hewan
liar yang harus tunduk kepada tuannya. Mendengar ceritanya itupun aku merasa
merinding dan ketakutan, tapi aku bersikeras ingin masuk kedalam sana untuk bisa
mengumpulkan data-data yang akurat untuk makalah kami ini.
Setelah
beberapa saat memulihkan tenaga, akupun mulai memasuki ruangan bawah tanah
tersebut tapi sebelum masuk aku diharuskan untuk memakai sepatu boat, karna
didalam itu jalanannya sangat banyak sekali genangan air dimana-mana jadi kami
diwajib untuk memakai sepatu itu agar kaki dan celana kita tidak basah terkena
genangan air. Saat masuk kedalam nuasa mistik sudah sangat terasa sekali dan
aura panas pun mulai sangat menusuk sekali dimana-mana. Ruangan tersebut terasa
pengap sekali dan terdapat beberapa lamu temaram yang masih terlihat baru,
konon katanya lampu-lampu temaram ini dipasang karena banyaknya orang yang
kesurupan di tempat ini. Pada saat aku memasuki ruangan ini, sayup-sayup
seperti mendengar suara-suara jeritan-jeritan yang ramai akan tetapi suara itu
tidak jelas. Pak memandu membawa kami ketempat menurutku sangat menyeramkan,
tempat itu masih berada diruangan lorong bawah tanah yang dinamakan penjara
berdiri. Kenapa dinamakan penjara berdiri dikarnakan tempat itu adalah sebuah
tempat dimana para tahanan jepang ditahan atau lebih tepatnya dipasung sampai ada yang disiksa habis-habisan bahkan
sampai mereka mati. Membayangkannya saja sudah mengerikan apa lagi melihat
kejadian itu sungguh benar-benar nyata pada saat ini, mungkin jantungku akan
segera copot dan langsung terhenti nafasku ini.
Sesampainya
diatas tepat diluar pintu gerbang bawah tanah aku mulai menghirup udara segar
lagi dan tidak menghirup udara yang pengap didalam ruangan tersebut. setelah
itu beberapa saat kami rombongan meninggalkan tempat tersebut dan menuju pintu
utama dari museum ini. Sebenarnya aku sedikit merasa ada kejanggalan dalam hati
ini sebenarnya siapa bayangan wanita putih yang selalu mengikutiku setiap aku melangkah
kemanapun aku pergi, pada saat aku berada didalam museum itu tadi, aku merasa
sangat penasaran sekali siapa dia sebenarnya. . . . .
Ini
lah sebabnya aku ingin menyusuri dirimu yaitu kau Pintu Seribu….